in

Parah! Mega Korupsi pada Wilayah RI Diduga Ada Sejak Sebelum Merdeka

Parah! Mega Korupsi pada Wilayah RI Diduga Ada Sejak Sebelum Merdeka

Jakarta – Kasus korupsi pada Nusantara bukanlah sebuah hal baru yang dimaksud muncul ketika ini. Tindak kejahatan ini sudah ada ada sebelum zaman penjajahan di Indonesia.

Korupsi di dalam era pemerintahan Kolonial Hindia Belanda ini motifnya sangat beragam. Selain bermuatan politik, korupsi juga murni untuk memperkaya diri sendiri.

Mengutip detikcom, Mingguan (18/8/2024), salah satu contoh dugaan mega korupsi tertua yang mana terbentuk pada Negara Indonesia adalah perkembangan jalur Pantura, yang digunakan terbentang ke sepanjang pesisir Pantai Utara Jawa. Jalur Pantura menyeberangi beberapa provinsi seperti Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan juga Jawa Timur.

Sebagaimana diketahui, konstruksi jalur yang disebutkan diiringi dengan sejarah kejamnya Pemimpin wilayah Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels. Pada 1808, Daendels mendirikan jalan raya dari Anyer-Panarukan yang disebut sebagai kerja paksa dalam bervariasi literatur sejarah sekolahan.Â

Adapun Daendels mengumumkan konstruksi jalan raya tersebut dengan de Groote Postweg atau Jalan Raya Pos. Penamaan Jalan Raya Pos, berasal dari bisnis Daendels untuk merancang kantor pos pada setiap kota yang dilalui. Di Cirebon kantor pos terletak di dalam Jalan Yos Sudarso, Lemahwungkuk kota Cirebon, dibangun pada 1810. Di bagian depan kantor pos ada tugu yang dimaksud menunjukan titik 0 Cirebon.

Putra Lingga Pamungkas pegiat sejarah dari Komunitas Cirebon History, menuturkan, memang benar dalam setiap kota yang mana dilalui jalur Pantura akan ada kantor pos serta titik 0 kilometernya masing-masing. Oleh pemerintah kolonial kantor pos digunakan sebagai sarana komunikasi antar kota.

Di Cirebon sendiri perkembangan jalan Daendels dimulai dari Kadipaten, Ciwaringin, Gempol, Palimanan, Plered, Jamblang, Kedawung, Pilang ,Krucuk, Gedung Negara, Kesenden, Kapten Samadikun sampai Jawa Tengah.

Dilansir dari buku yang dimaksud berjudul Dua Abad Jalan Raya Pantura karya Endah Sri Hartatik disebutkan, pada waktu pembangunan jalan sampai wilayah Kesultanan Cirebon, Daendels melakukan negosiasi dengan Sultan Cirebon. Selain untuk mengajukan permohonan izin, negosiasi ini dijalankan lantaran status keuangan pemerintahan Belanda tiada cukup untuk membayar upah pekerja.

Sebagai gantinya Daendels menghimpun para bupati untuk diberikan kewenangan penuh pada mengatur pekerja. Tetapi di pelaksanaannya, bupati malah berbagai terlibat korupsi.

Lingga menuturkan, setiap pekerja seharusnya diberikan upah sebesar 10 sen setiap minggu, beserta beras serta garam. Namun upah tersebut, oleh para bupati tiada dibayarkan. Menurut Lingga ke sinilah awal mula praktik korupsi di kalangan bupati yang digunakan notabene penduduk pribumi.

“Belanda memberikan upah untuk pribumi melalui bupati. Tetapi para bupati yang dimaksud enggak membayarkan untuk pribumi, tak ada catatan yang mana menunjukkan mengenai faktur atau pembayaran upah dari bupati ke pribumi. Makanya pribumi yang tersebut bekerja sejumlah yang mana kelaparan,” tutur Lingga.

Meskipun banyak menewaskan korban, Lingga sendiri tak mengetahui secara pasti hitungan berapa korban yang dimaksud tewas pada Cirebon, tapi yang dimaksud pasti, paling banyak menelan orang yang terluka ada ke wilayah Cisaat, Sumedang. Penyebabnya sebab kontur tanah di dalam Sumedang kebanyakan perbukitan sehingga menyulitkan pekerja pada menimbulkan jalan.

Setelah jadi, jalan digunakan cuma untuk kepentingan Hindia-Belanda lalu para bangsawan pribumi. Pada masa itu, sejumlah kereta kuda milik bangsawan pribumi juga pemerintah Hindia-Belanda yang mana lewat pada jalan Deandles.

“Dulu pun untuk memudahkan transportasi guna kepentingan pos juga komunikasi antar kota, dan juga jalur militer Hindia Belanda yang tersebut kala itu sedang konflik dengan Perancis untuk berkompetisi merebut pulau Jawa,” tutur Lingga.

Penduduk pribumi, baru dapat menikmati jalan Daendels pasca mengundurkan diri dari kebijakan pemerintah kolonial No 4 tanggal 19 Agustus 1857. Sebelumnya, penduduk pribumi belaka sanggup lewat pada sisi jalan Deandels yang tersebut kondisinya jelek.

Jalan Raya Pos memiliki panjang sekitar 1.000 kilometer yang mana terbentang dari Anyer Provinsi Banten hingga Panarukan dalam Jawa Timur. Lebar jalan 7,5 meter, pada sebelah kanan serta kiri jalan dibuat selokan tempat air mengalir. Dalam buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels karya Pramoedya Ananta Toer ada sekitar 12.000 yang mana tewas akibat perkembangan jalan Daendels.

Next Article Daftar Korupsi Ditangani Kejagung, Kerugian Negara Puluhan Triliun

Artikel ini disadur dari Parah! Mega Korupsi di Wilayah RI Diduga Ada Sejak Sebelum Merdeka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cerita Puan Maharani Menginap Semalam di IKN

Cerita Puan Maharani Menginap Semalam di IKN

Aturan Terbaru Saldo Minimal Rekening BCA, BRI, BNI, Bank Mandiri

Aturan Terbaru Saldo Minimal Rekening BCA, BRI, BNI, Bank Mandiri